KURIKULUM MERDEKA - GANTI MENTERI GANTI KURIKULUM?

Juli 06, 2022

Halo gaess..
Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga masih sehat walafiat ya..
Hari ini mimin lagi kepengen membuat tulisan opini tentang perubahan kurikulum pendidikan di Negara Wakanda eh Indonesia maksudnya, maaf.. maaf.. suka kepleset 😅🙏 

Disclaimer dlu dech, tulisan opini kali ini dibuat berdasarkan pemikiran mimin, jadi tingkat subyektifitasnya tinggi lho, so santuy aja nanggepinnya ya, biar engga cepet kena hipertensi dan stroke dini. Gaya bahasa mimin emang rada sengklek, jadi harap dimaklumi ✌😁

Let's get started!

Pergantian kurikulum sering kali menimbulkan polemik di negara +62, dampak paling signifikan dan kegalauan paling besar terjadi pada kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Pergantian kurikulum kerap terjadi beriringan dengan pergantian tonggak kepemimpinan kementerian pendidikan, sehingga memicu munculnya asumsi "Ganti Menteri Ganti Kurikulum." Just for your information, kurikulum di Indonesia sudah berganti kurang lebih 12 kali sejak pendidikan di jaman pra-kemerdekaan.

Apriori dan skeptimisme sudah menjadi pasangan sejoli nan setia yang senantiasa membersamai pemikiran dan sikap sebagian besar warga di tanah air dalam menyikapi perubahan kurikulum yang terjadi. Kegelisahan seringkali memicu berkembangnya imagenasi liar yang bersifat spekulatif di benak setiap orang. Beberapa diantaranya penulis rangkum dari hasil bincang-bincang ngalor ngidul bersama dengan random responden baik dari kalangan praktisi pendidikan, masyarakat berbagai profesi sampai emak-emak yang biasa rumpi-rumpi cantik di sekitaran kompleks perumahan, yaitu :

1. Menteri pendidikan yang baru menjabat ingin menunjukkan pada warga +62 bahwa beliau memiliki inovasi dalam dunia pendidikan, salah satu gebrakan klasik yang rada basi adalah dengan melaunching sebuah produk kurikulum baru yang digadang-gadang akan lebih efektif dan memberikan output berupa kualitas pendidikan yang lebih baik.

2. Menteri pendidikan sebenarnya kesulitan untuk merancang inovasi program untuk memanfaatkan pagu anggaran 20% APBN, jadi melauncing kurikulum baru adalah salah satu resep ampuh karena program tersebut pastinya disertai dengan kegiatan sosialisasi, pelatihan dan program-program penyerta yang membutuhkan anggaran besar dan tentu saja mempermudah terjadinya penyerapan (baca : penghabisan) anggaran.

3. Kurikulum 2013 aja belum terimplementasi secara merata di seluruh pelosok tanah air, cb dech tanyain daerah-daerah 3T (Terpinggir, Terluar dan Terdzolimi) Coba lakukan survey, observasi atau minimal cari tau bagaimana penerapan kurikulum disana? Jangan-jangan buku Kurikulum 2013 pun belum ada? Trus gurunya udah bener belum implementasi pembelajarannya? Jangan-jangan cara ngajarnya masih menggunakan cara ngajar warisan ala jaman kolonial. 

4. Ganti kurikulum tentunya disertai pergantian buku bukan? Buku tersebut akan didistribusikan ke 37 provinsi dan puluhan juta peserta didik dan guru di Indonesia. Nah bayangkan tuh berapa fee yang bisa diberikan oleh percetakan yang dapet tender proyek. (*maaf jika ada yg tersinggung)

Udah sementara cukup segitu dulu saya tuliskan, sebenarnya rada ga tega, komen warga +62 acapkali lebih sadis dari perlakuan ibu tiri jahat di serial FTV, maupun perlakuan yang didapatkan Melur dari suami sengkleknya..

Kemudian, kembali pada pertanyaan "Apakah pergantian kurikulum itu diperlukan? Kok ya ga tetepin aja gitu, alokasi dana APBD 20% kan bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih mendesak!"  

Nah sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita refleksi dulu. Kita lakukan analogi studi kasus tentang Sistem Operasi (OS) pada perangkat smartphone. Agar familiar, kita ambil sample OS yang digunakan oleh para kaum mendang mending dech, Android..

Jika anda pengguna smartphone dengan OS Android, anda tentunya familiar dengan update OS yang berkali-kali dilakukan seakan pihak developer kurang kerjaan. Diawali dari Android versi 1.5 (Cupcake) diupdate menjadi Android versi 1.6 (Donut) sampai sekarang yang terbaru Android versi 11 (Red Velvet Cake) 

Nampaknya pimpinan perusahaannya sekelas saya dech urusan hobi ngemil, niat gitu bikin nama versi Android dari nama makanan, 😅

Nah kembali ke topik..

Menurut anda kenapa sich OS Android mesti diupdate terus? Apakah OS yang baru lebih baik dari OS sebelumnya? Berarti OS yang lebih lama jelek donk? 

Pihak Developer melakukan update OS bukan semena-mena urusan keuntungan perusahaan saja, mereka memiliki motivasi yang melatar belakangi perubahan, beberapa diantaranya yaitu :

  1. Menyesuaikan OS dengan perkembangan fitur aplikasi terbaru, sehingga mampu menghadirkan fitur baru serta pengalaman yang baru sesuai dengan kebutuhan pengguna maupun perkembangan teknologi. 
  2. Menutup temuan celah masalah (bug) baik yang berasal dari hasil penelitian tim pengembang, pelaporan dari pengguna maupun hasil analisis data yang dikirimkan smartphone, sehingga mampu meningkatkan tingkat keamanan demi kenyamanan pengguna.
  3. Meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap pengembang.

Jika kita korelasikan perubahan kurikulum dengan perubahan sistem operasi (OS) maka kita bisa ambil keterkaitan analoginya. Jika pihak developer adalah kementerian pendidikan, OS adalah kurikulum, maka bug pada OS adalah permasalahan yang ditemukan pada kurikulum sebelumnya, update OS adalah proses penyempurnaan kurikulum, dan peningkatan keuntungan perusahan adalah peningkatan mutu pendidikan. Nah bagaimana? Kira-kira sudah ada bayangan?

Jadi apakah kurikulum yang diganti itu jelek dan kurikulum penggantinya itu pasti lebih baik?

Well, lebih baik atau tidaknya kita bisa ketahui nanti dari proses evaluasi dan refleksi setelah kurikulum tersebut diberlakukan secara nasional dan telah berjalan selama beberapa waktu. Setidaknya kurikulum yang baru sudah dibuat dengan mempertimbangkan kekurangan yang ditemukan pada kurikulum sebelumnya maupun kebutuhan kedepannya, sehingga secara teoritis bisa diasumsikan semestinya akan lebih baik. 

Jika ada sesuatu yang bersifat kekal, maka sesuatu itu adalah PERUBAHAN. Perubahan kurikulum wajar dan memang semestinya dilakukan. Dasar dari perubahan itu sendiri terdiri dari 2 faktor :

1. Faktor Internal, dimana berdasarkan data statistik maka pada tahun 2035 di Indonesia akan ada sekitar 70% penduduk dengan usia produktif. Dengan jumlah yang besar tersebut, akan menjadi sebuah modal pembangunan yang besar bagi Indonesia. Jika penduduk usia produktif tersebut memiliki kompetensi yang dibutuhkan pada masa itu., bisa kita bayangkan bagaimana kemajuan Negara +62 kita tercinta ini, maka Generasi Emas 2045 bukan lagi sebatas mimpi, ataupun angan-angan belaka ibarat pungguk merindukan rembulan, ibarat penulis yang mengidamkan Anya Geraldine. Dengan latar belakang tersebut, dirasa perlu segera dilakukan percepatan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dengan diberlakukannya perubahan kurikulum yang lebih mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang dan sesuai dengan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan pada kurikulum sebelumnya juga menjadi dasar pertimbangan yang mendalam dan krusial.

2. Faktor External yang terdiri dari ketidakpastian akan keadaan di masa mendatang, arus globalisasi, isu-isu yang terkait dengan lingkungan hidup, serta isu-isu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti korupsi, radikalisme, terorisme, bullying, serta degradasi moral menjadi faktor pertimbangan berikutnya yang diakomodasi dalam kurikulum baru.

Penulis sendiri merasakan 3 masa kurikulum yang berbeda, yaitu kurikulum KBK, KTSP serta Kurikulum 2013. Jujur saja baru pada Kurikulum Merdeka ini penulis merasakan perubahan secara holistik melalui Program Merdeka Belajar seperti berikut :

  1. Untuk peningkatan kompetensi guru difasilitasi dengan Program Guru Penggerak.
  2. Untuk sekolah dari jenjang SD, SMP dan SMA terdapat Program Sekolah Penggerak.
  3. Untuk SMK ada Program SMK Pusat Keunggulan.
  4. Untuk universitas ada Program Kampus Merdeka.
  5. Untuk organisasi ada Program Organisasi Penggerak.
  6. Dan berbagai program lainnya.

Guru, kepala sekolah, pengawas serta praktisi pendidikan yang kompeten dan konsisten dalam mengembangkan diri pun tak luput diberdayakan dan diberikan kesempatan belajar serta menambah pengalaman sebagai Calon Guru penggerak, Pendamping/ Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak, Instruktur Guru Penggerak, Asesor Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak, Fasilitator Sekolah Penggerak, Narasumber Sekolah Penggerak (jika masih ada yang belum penulis tuliskan, silakan dilengkapi pada kolom komentar yaa!)

Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, Program Merdeka Belajar memberikan kesempatan berkembang bagi mereka yang mau dan mampu, bukan hanya berdasarkan kedekatan dengan pejabat tertentu. 

Peserta didik tentunya menjadi perhatian utama dari program ini, seluruh program yang disebutkan diatas muaranya adalah demi kepentingan peserta didik. Dalam hal pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi diharapkan mampu mengakomodasi perbedaan karakteristik, gaya belajar, minat, serta kecerdasan majemuk yang dimiliki secara bervariasi satu sama lain antar peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik mampu menemukan serta mengasah potensinya serta menghadapi berbagai ketidakpastian akan masa depan. Dalam hal penilaian, peserta didik dinilai dengan lebih autentik dan adil, karena pendidikan memandang bahwa setiap individu memiliki kelebihannya masing-masing, sehingga tidak bisa dinilai hanya dengan 1 jenis metode penilaian saja. Untuk urusan kreativitas dan pendidikan karakter peserta didik dibelajarkan dalam Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila serta penanaman Disiplin Positif.

Pertanyaannya kemudian, apakah Kurikulum Merdeka ini sudah sempurna dan tidak akan diganti lagi di masa mendatang? Hmm.. belum tentu juga.. Jika kita bicara tentang Sempurna maka ada 3 hal yang terkait, yaitu Tuhan, merk rokok, dan judul lagu grup music Andra & The Backbone.

Tidak menutup kemungkinan Kurikulum Merdeka juga akan digantikan di masa mendatang, bisa juga terus berjalan dan disempurnakan pada bagian-bagian yang ditemukan kekurangan, semua tergantung hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum, isu-isu serta kebutuhan yang terjadi pada masa itu, bukan tergantung pada siapa menteri pendidikan pada masa itu, idealnya sich begitu 😊

At last but not least, semua yang penulis paparkan disini belum tentu juga 100% benar, karena masih ada unsur pandangan pribadi yang turut serta tertuang di dalamnya. So jika anda memiliki pandangan yang berbeda, feel free untuk menuliskan pada kolom komentar, mari kita sharing.


FYI, mimin ganteng jarang-jarang update blog nih, jadi aliran cuan ke adsense kurang deras, kurang kuenceng, kali aja kalian ada yang mau nraktir mimin cendol, bisa klik menu ini yaa 👇



Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

1 komentar:

  1. Semua tergantung dari sudut pandang setiap orang. Intinya kita berikan aura positif untuk setiap perubahan yang terjadi. Kereen Gus ulasannya

    BalasHapus


EmoticonEmoticon